Saturday, September 13, 2014

Misteri Gunung Papandayan



kawah papandayan. Foto : travel,detik.com


Sekitar tahun 2002-2003 saya menjelajahi gunung Papandayan bersama Prof Hans Kerrkhof dari Universitas Twente. Dalam perjalanan pulang dari kawah-kawah gunung Papandayan, sore itu, tiba-tiba kami dikepung kabut tebal. Jarak pandang hanya 1-2 meter. Jadi kami kehilangan arah. Titik/tempat yang menjadi acuan tidak terlihat. Karena sudah sore, kami harus terus bergerak sebelum disergap kegelapan malam. Sepanjang waktu itu kami terus berteriak-teriak, "TOLONG..TOLONG..",    "ada orang yang dengar kami??" dsb. Tapi tak pernah ada jawaban.



Kabut di papandayan. Foto : simplyindonesia.wordpress.com


Ketika kulihat ada aliran air, maka kami pun mengikuti aliran air. Sampailah kami diujung aliran air tersebut yang ditutup semak-semak. Kembali kami berteriak-teriak, kembali tiada jawaban. Akhirnya semak-semak itu kuterobos, EH... EH... Semak-semak itu di pinggir jalan menuju kawah (lebar jalan 3-4 m). Hanya 50 m dari sebuah kemah, dan 100 m dari parkiran mobil kami! Dekat dengan warung-warung.. dekat dengan keramaian.

semak2 dekat parkiran dan warung. Foto kabar-risman.blogspot.com


Aneh tapi nyata, suara kami tak pernah didengar/direspon orang lain!

Thursday, September 04, 2014

[Bangunan] Bangunan Murah Tapi Indah

Ini oleh-oleh dari kunjungan ke Edith Cowan University tahun 2003. Sayang sekali saat itu saya belum belajar bangunan jadi tidak banyak foto yang menjepret arsitektur dan konstruksi. Setelah melihat-lihat lagi foto-foto lama itu, baru nyadar kalau “asrama” yang saya tempati ternyata bangunan murah meriah tapi indah :) .

Pertama, dinding luar tidak diteplok, Ini penghematan yang banyak, tidak perlu material dan waktu yang banyak untuk finishing teplok dan pengacian. Langsung saja aci tipis, lebih baik pakai batako atau conblock yang dipasang rapi. Tidak di teplok terus tidak kuat? Ngga... Dinding rumah saya yang pakai conblock malah lebih kokoh dari dinding batubata yg diteplok :) .

Kedua, atap tidak pakai kuda-kuda. Rancangan atap yg sederhana ini biasanya anti bocor dibanding atap yang disembunyikan/dimepetkan tembok. Atap yang sederhana ini jika pakai rangka baja ringan, bisa jadi rapi hasilnya.




Interiornya :


Hanya tembok bagian dalam yang diteplok dan pakai semacam eternit.

Sunday, August 31, 2014

[Japan] Gunung Fuji Yang Katro

Sekitar Agustus 2004, saya mendaki Gunung Fuji (Jepang). Bagaimana rute detail-nya hingga sampai terminal bis terakhir dibawah Gunung Fuji saya sudah lupa. Sekitar jam 19.00 pendakian dimulai dari terminal itu bersama Dani dan teman-teman dari PPI Jepang. Satu kilometer pertama saya terdepan, habis itu megap-megap :D. Berhenti tiap 50-100 meter, sehingga akhirnya tertinggal oleh Dani cs. Maklum nafas Gudang garam filter. Secara fisik, pendakian ini menjadi yang terberat.

Mengapa saya bilang gunung fuji itu katro? Karena:
1. Jalur pendakiannya jelas seperti jalan setapak, diterangi lampu-lampu listrik. Kadang kanan kiri ada pagar atau untaian rantai.



2. Ada 7 pos. Disetiap pos ada semacam losmen. Anda dapat tidur disitu sambil menikmati kehangatan. Ada vending machine untuk minuman seperti minuman kaleng kopi hangat :).






Sampai di pos 7 (atau 6, saya lupa tepatnya), saya ketemu Dani yang KO, muntah2. Itu artinya tubuh Dani tidak dapat beradaptasi dengan kondisi oksigen yang makin menipis sering makin tinggi pendakian. Dani akhirnya harus turun, yah memang tidak bisa naik lagi, Dani harus mendapatkan pasokan oksigen yang cukup. Akibat pendakian yang lambat, saya mendapatkan rising sun di pos 7. Lumayan :) , sampai dipuncak jam 9 pagi. Istirahat tidur dan jalan-jalan. Turun dari puncak sekitar jam 1 siang.

Gunung Fuji memang katro, ada hal2 sbb:

1. Ada buldozer di puncak gunung! . Pertama yang terpikir adalah buldoser ini dinaikkan oleh helikopter.. ternyata kemudian saya menyaksikan diri sebuah buldoser naik kepuncak dengan cara zig-zag sepanjang dinding puncak :) . Tangan buldoser membawa logistik untuk tiap losmen di pos. Pantes pakai buldoser, bukan jeep off road atau mvp lainnya. Kenapa? Tangan buldoser itu bisa dinaik-turunkan untuk mengatur titik grativasi buldoser (titik keseimbangan). Disamping itu juga karena roda-nya yang seperti roda tank, dan tak perlu kuli angkut. Nah ada juga penumpangnya yang numpang di ruang operator :) .






2. Ada juga yang naik (menggotong ?) sepeda hingga puncak :D .



3. Ada juga nenek2 renta bertongkat yang mendaki :D, hebat.. hebat.. 
Eh ada juga balita yang sampai dipuncak juga.



Jangan dibayangkan pakaian pendaki jepang seperti pakaian teman2 pendaki di Indonesia yang pakai baju-sepatu khusus buat mendaki, mereka malah seadanya :). Sepatu-nya sepatu olahraga biasa saja hehehhe.

Saya sudah megap-megap sampai dipuncak, eh kemudian menyadari hal-hal tersebut :D . Katro… Katro….

[Katro] Pendakian Gunung Yang Katro

Pendakian yang pertama betul-betul katro. Saat itu saya mendaki gunung Slamet sekitar tahun 1988. Disebut katrok karena saya hanya mengenakan kaos+celana-training+jaket tipis. Bekal hanyalah sebotol air + sebungkus kue + 2 rokok dsb yang disimpan dalam tas pinggang. Berangkat mendaki pada pukul 19.00, setelah melewati beberapa pos akhirnya kami beristirahat di pos terakhir (wah saya lupa namanya).

Istirahatnya ternyata merupakan tidur, selama tidur saya menggigil kedinginan :D . Lah tidur dilah tanah tanpa beralaskan apa-apa, dengan kali minimalis dihutan dibawah puncak gunung slamet. Katrok sekali kan??. Ternyata kejadian tersebut sangat berbahaya karena bisa mengakibatkan kram perut yang bisa fatal alias dead.




Setelah enam kali naik gunung slamet, pendakian selanjutnya adalah gunung Sindoro dan gunung Sumbing. Nah di Sumbing nih ini kembali katro :) . Saat itu tanggal 10 November 1990, kami mendaki gunung sumbing. Selama pendakian kami didera gerimis dan angin besar. Beda dengan gunung slamet yang menerabas hutan (kadang harus membuka jalan), pendakian gunung Sumbing melewati tempat terbuka. Beberapa kali kami harus berlidung dalam celah/lubang dalam tanah untuk mengindari terpaan angin dan gerimis yang membesar. Saat yang menegangkan ketika kami tersesat melalui jalur setan. Kami harus melalui dinding yang kanan-kirinya jurang puluhan meter. Kami tidak bisa berjalan melewati-nya, tapi melewatinya dengan duduk sambil beringsut maju :D .



foto ilustrasi. Sumber antaranews.com 

Akhirnya sampailah kami di puncak gunung Sumbing. Tapi aku tak bisa lama-lama di puncak, paling hanya sekitar 30 menit. Karena aku harus lari ke basecamp.. buat melihat siaran langsung Mike Tyson !!. Nah ini kembali Katro!. Dari jalur pendakian kulihat menara repeater TV dan basecamp dekat dengan repeater itu. Dengan Katro-nya kuambil jalur lurus mengarah tower itu. Sering kali saya terperangkap dalam hutan alang-alang/rumput yang lebat dan tinggi (1 m lebih). Dan untuk melewatinya, saya lompat terbang sambil merobohkan rumput/alang-alang itu. Katrok sekali bukan, coba pas mendarat ada pohon?? Bisa kejedug atau malah menancap. Huahahhahaha. Kadang pas terhambat semak rumput/alang-alang yang tinggi itu, terdapat jalan air. Yah udah aku melewatainya dengan duduk/rebahan seperti di water bom. Katrok sekali! Coba kalau jalan air tiba-tiba masuk gua/sungai bawah tanah… walah ilang aku:D . Akhirnya nyampe juga di basecamp tepat waktu, dan aku menonton Mike Tyson KO oleh Douglas.







Thursday, March 06, 2014

Kapok Nyoblos Anggota DPR/DPRD

Sudah kapok saya nyoblos anggota DPR/DPRD. Rugi habis karena :
- Mereka sering bolos, kerja ngga beres2.. makan gaji buta deh
- Banyak minta fasilitas, seperti uang dinas dan lain-lain.
- Suka pesiar pakai alasan studi banding :p
- Dapat pensiun seumur hidup. Gila, kerja cuman 5 thn dapat pensiun.. kerjanya ngga beres lagi.
Kapok pok!!!
Update 20 February 2014
Baca artikel kompas :
http://nasional.kompas.com/read/2014/02/17/0859479/Habiskan.Rp.11.8.Triliun.DPR.Belum.Berprestasi
Dalam kurun waktu lima tahun ini, Dewan Perwakilan Rakyat periode 2009-2014 telah menghabiskan anggaran hingga Rp 11,8 triliun. Namun, besarnya anggaran tersebut berbanding terbalik dengan capaian kinerja parlemen yang relatif rendah.
Dalam kurun waktu lima tahun ini, Dewan Perwakilan Rakyat periode 2009-2014 telah menghabiskan anggaran hingga Rp 11,8 triliun. Namun, besarnya anggaran tersebut berbanding terbalik dengan capaian kinerja parlemen yang relatif rendah.
Berdasarkan data Indonesia Budget Center (IBC), dari total anggaran Rp 11,8 triliun itu, sekitar 70 persen atau Rp 8,3 triliun dialokasikan untuk membiayai kegiatan anggota DPR. Adapun Rp 3,5 triliun lainnya untuk anggaran Sekretariat Jenderal DPR.
Dilihat dari anggaran setiap tahun, anggaran untuk kegiatan anggota DPR sesungguhnya terus naik.
Tahun 2010, anggaran DPR sebesar Rp 1,03 triliun. Pada 2011 naik menjadi Rp 1,17 triliun. Pada 2012, anggaran anggota DPR naik lagi menjadi Rp 1,51 triliun, tahun 2013 kembali naik menjadi
Rp 2,22 triliun, dan tahun 2014 naik lagi menjadi Rp 2,37 triliun.
Reses dan studi banding
Alokasi anggaran yang terus naik ini salah satunya digunakan untuk membiayai reses anggota DPR. Pada 2014, misalnya, anggaran reses DPR ditetapkan sebesar Rp 994,9 miliar atau Rp 1,7 miliar untuk setiap anggota DPR.
Dana reses itu naik empat kali lipat dari dana reses tahun 2010 yang ditetapkan Rp 411,3 juta untuk setiap anggota DPR.
Anggaran studi banding DPR juga naik setiap tahun. Pada 2013, anggaran yang dialokasikan untuk kegiatan studi banding DPR Rp 248,12 miliar, naik sekitar 77 persen dari alokasi anggaran yang sama pada 2012, sebesar Rp 108,18 miliar.
Selain studi banding ke daerah, setiap tahun DPR juga studi banding ke luar negeri.
Kurang berprestasi
Besarnya anggaran yang dialokasikan selama lima tahun masa jabatan itu menimbulkan harapan DPR mampu melaksanakan fungsi pengawasan, penganggaran, dan legislasi dengan baik.
”Namun, kenyataannya, DPR kurang berprestasi. Fungsi pengawasan, penganggaran, apalagi legislasi, tidak berjalan dengan baik,” ungkap Roy Salam, peneliti IBC, di Jakarta, Minggu (16/2).
Menurut Roy, DPR justru mengusulkan hal-hal yang dianggap kontroversial, di antaranya usulan pengalokasian dana aspirasi untuk setiap daerah pemilihan dan pembangunan gedung
baru DPR yang kemudian dibatalkan setelah dikritik masyarakat.
Sementara dalam bidang legislasi, DPR tidak pernah berhasil memenuhi target legislasi. Pada 2010, DPR hanya berhasil menyelesaikan delapan dari target 70 RUU prioritas. Begitu pula tahun 2011, DPR hanya mampu menyelesaikan pembahasan 18 RUU dari target 93 RUU prioritas dan pada 2012 hanya 10 RUU dari target 64 RUU prioritas.
Kondisi tersebut masih berulang pada 2013 saat DPR hanya menyelesaikan pembahasan 7 RUU prioritas. Padahal, jumlah RUU yang diprioritaskan sebanyak 70 RUU.
Pada 2014, DPR menargetkan menyelesaikan 66 RUU prioritas. Namun, hingga saat ini baru menyelesaikan satu, RUU tentang Perdagangan.


Kutipan: Gaji anggota DPR RI yang "wah" karena totalnya mencapai 18 kali dari pendapatan per kapita penduduk Indonesia, ternyata tidak sebanding dengan kinerja dan hasil yang telah dicapai para politisi DPR selama duduk di kursi parlemen."

"Lebih mengejutkan lagi data yang dilansir oleh Independent Parliamentary Standards Authority (IPSA) dan Dana Moneter Internasional (IMF), bahwa gaji anggota DPR RI berada di peringkat keempat terbesar di dunia - bahkan mengalahkan Amerika - setelah Nigeria (116 kali lipat pendapatan per kapita penduduknya ), Kenya (76 kali lipat) dan Ghana (30 kali lipat)."

"Menurut data IPSA dan IMF itu, seorang anggota DPR yang duduk di kursi legislatif dalam setahun bisa memiliki pendapatan 65 ribu dolar AS, atau sekitar Rp780 juta di luar gaji ke-13, dana reses atau aspirasi daerah pemilihan, insentif setiap kali ikut membahas rancangan undang-undang."

"Jika ditotal dalam satu tahun pendapatan seorang legislator bisa lebih dari Rp1 miliar. Gaji yang sangat fantastis untuk ukuran sebagian besar rakyat Indonesia yang hidupnya masih di bawah garis kemiskinan, yang konon nasib dan kepentingan mereka akan "diperjuangkan" oleh para anggota dewan itu di DPR RI."
1909169_757453377599851_1381347678_o
Kapok pok!!!